Eps 10. Saat Perkenalan...

KIRAN membalikkan badan. Larut malam saat itu.

Dia berada di sebuah pondok kayu dimana semacam panggung berupa lantai yang ditinggikan berada di dalamnya. Lantai yang berjarak sekitar satu meter di atas tanah itu terbuat dari kayu jati, serupa dengan seluruh bagian lain pondok tersebut.

Disitulah, di panggung kayu jati itu Kiran berbaring di salah satu sisinya.

Di sisi lain terbaring seorang lelaki.

Mereka hanya berdua di dalam pondok itu. Sang pemilik pondok, Putri Harum Hutan tak berada di pondoknya. Dia sedang melawat ke Dharmasraya, ibukota kerajaan Melayu di Swarna Dwipa.

***



"Dhanapati"

Lelaki itu mengucapkan namanya untuk memperkenalkan diri ketika dia terjaga di pagi hari dan mendapati dirinya berada di sebuah pondok kayu bersama seorang gadis yang tak dikenalnya.


"Kirana."

Kiran balas memperkenalkan diri.


"Oh... uh... mmm... “ Dhanapati kesulitan mencari sebutan yang tepat. Bagaimana sebutan yang tepat untuk gadis ini, pikirnya. Tuan Putri? Putri Kirana? Atau yang lain?


Melihat apa yang telah dilakukan sang gadis pada dirinya, Dhanapati tahu bahwa dia sama sekali tak boleh menganggap enteng gadis ini. Jelas gadis di hadapannya ini bukan orang sembarangan. Ilmu yang dibutuhkan untuk menyembuhkan luka- luka yang ditimbulkan para pendekar Bhayangkara Biru adalah ilmu tingkat tinggi. Apalagi, apa yang telah dialaminya bukan hanya bertempur dengah salah satu anggota Bhayangkara Biru saja, tapi tujuh orang sekaligus!



Jadi apa sebutan bagi...

Seakan mengerti apa yang dipikirkan Dhanapati, Kiran berkata, "Panggil aku Kiran saja..."



Dhanapati tercekat.

"Panggil aku Kiran saja."



"Ah, tuan pendekar tak perlu memanggilku tuan putri. Cukup Sekar saja…"

Dhanapati tergugu. Kenangan akan istrinya bergulung melanda. Lalu bersamaan dengan itu sebait tembang muncul memenuhi kepala serta hatinya.



Tak lela lela lela ledung
Cep meneng ojo pijer nangis
Anakku sing bagus rupane
Yen nangis ndak ilang baguse


Tak gadang bias urip mulyo
Dadio satrio utomo
Ngluhurke asmane wong tuo
Dadio pendakaring bangsa
...

Dhanapati merasa hatinya nyeri berdarah.

Tembang itu adalah tembang yang biasa digunakan oleh Sekar dan juga Dhanapati saat menidurkan anak semata wayang mereka.



Dulu.

Sebab anak itu sekarang sudah...



Dada Dhanapati sesak dan dia kehilangan kata- kata. Tenggorokannya tersumbat.

Sementara itu Kiran diam tak mengeluarkan suara.

Beberapa hari terakhir ini dia mengobati Dhanapati dan nyaris sepanjang hari selalu mendampinginya. Berada di sisinya. Kiran melihat perkembangan kesehatan lelaki itu dari mulai dia dibawa ke pusat pengobatan dengan paras amat pucat, tubuh sangat dingin dan tak sadarkan diri, lalu periode di mana Dhanapati setengah sadar dan banyak mengigau, hingga hari ini ketika Dhanapati telah siuman sepenuhnya.


Walau tak tahu persis siapa Sekar Wangi yang seringkali disebut- sebutnya, ada satu kejadian yang membuat Kiran memahami apa yang kira- kira bergejolak dalam diri lelaki tersebut, yaitu  saat ketika Dhanapati, seperti yang telah beberapa kali terjadi, mengigau dalam tidurnya.



Tapi kali itu dia tak menyebut Sekar Wangi seperti biasa. Saat itu igauannya berupa tembang yang biasa digunakan untuk menidurkan bayi dan anak- anak.

Kiran mengenal tembang tersebut, tentu saja. Di masa kecilnya, orang tuanya juga seringkali menembang semacam itu di saat- saat menjelang waktu tidur. Hanya saja, saat Dhanapati melantunkan tembang tersebut, alih- alih merasa hangat, hati Kiran justru seperti tersayat. Nada suara Dhanapati sama sekali tak diisi kehangatan dan keriangan.


Suara itu jelas mencerminkan cinta kasih. Tapi cinta itu tercampur dengan nyeri dan luka yang sangat dalam...



Karenanya Kiran tak hendak bertanya apa- apa kini. Biarlah waktu yang akan menjawab semua pertanyaan itu.

Setelah beberapa saat berlalu dalam sunyi yang canggung, Dhanapati berkata, "Terimakasih untuk bantuan mengobatiku,"  --  diam sejenak , lalu disambungnya kalimat itu -- "Kiran..."


Kiran tersenyum dan menggeleng.


"Berterimakasihlah pada Dewata," katanya. "Para Dewata yang menyembuhkanmu, bukan aku."


Lelaki itu terdiam lagi. Begitu pula Kiran.



Lalu, "Kau mau mandi air panas?"  Terdengar suara Kiran.

Eh? Mmm. Dhanapati tergagap mendengar pertanyaan tak terduga yang datang dari gadis di hadapannya.



waterfall

"Mmm.. mm.. ah, anu... tak perlu repot repot, Kiran. Aku bisa mandi air dingin saja."

Kiran menatap Dhanapati lalu menjawab, "Tidak, aku tidak repot. Dan tidak, kau belum boleh mandi air dingin, tubuhmu belum pulih benar."

Dhanapati tak membantah.

"Baiklah kalau begitu. Akan kusiapkan kayu bakar dan apinya. Nanti  kuangkat air ke sana."

Kiran menggelengkan kepalanya.

"Bukan," jawabnya. "Maksudku, maukah kau mandi di sumber air panas?"

***


Kiran berjalan menelusuri jalan setapak.


Dhanapati mengikuti di belakangnya.


Mereka hendak menuju ke sumber air panas yang dikatakan Kiran.


Beberapa saat setelah tiba di Pondok Putri Harum Hutan, setelah melakukan terapi pada Dhanapati, Kiran kemudian berjalan-jalan untuk mengenali lingkungan di sekitarnya. Dan dengan takjub didapatinya bahwa Pondok Putri Harum Hutan itu berada di suatu tempat yang sangat indah dan strategis luar biasa.


Kiran menemukan sebuah danau penuh berisi ikan.


Lalu, tak jauh dari danau itu, ada sebuah air terjun.


Tapi penemuan yang terutama membuatnya sangat senang adalah bahwa ketika dia hendak berjalan pulang kembali ke pondok, dia melalui sebuah anak sungai kecil yang sangat bening yang membuatnya dengan spontan mencelupkan kaki ke dalam air bening itu, sekedar untuk bermain- main dan melepaskan lelah sejenak.


Dan Kiran terkejut bercampur senang luar biasa ketika didapatinya bahwa air tersebut... hangat!


Rencana untuk pulang dibatalkannya. Kiran menelusuri anak sungai kecil tersebut ke arah hulu, disanalah ditemukannya sumber air panas kemana dia hendak mengajak Dhanapati sekarang.


Sementara mengikuti langkah kaki Kiran, Dhanapati mengamati gadis itu dari belakang.


Percakapan sejenak di pondok tadi cukup untuk memberikan waktu bagi Dhanapati untuk mengamati Kiran. Dan walau kekuatannya sama sekali belum pulih serta tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, dia adalah seorang lelaki normal yang dengan segera dapat membaca gadis yang berada di hadapannya.


Tadi di pondok, Dhanapati menyembunyikan senyumnya saat dia berkesimpulan bahwa tak perduli setinggi apapun ilmu gadis ini sehingga dapat mengobati luka yang ditimbulkan oleh pertempuran dengan para pendekar Bhayangkara Biru, namun gadis bernama Kiran ini sebetulnya sungguh polos dan... agak kekanakan...






** gambar diambil dari: my.opera.com/pabha/blog/**

30 Comments:

  1. R2G said...
    Kiran yang polos & kekanakan itu maksudnya telmi sama manja ya? ;)
    cyperus said...
    lanjuuuuuuuuuuuuuuut... hihihi..
    'dee said...
    mmm..ngga tau ya, yang tau jawabnya cuma dhanapati..daaannn..kayaknya tadi ngga disebut-sebut ya di ceritanya apa sebetulnya maksud dhanapati? hahahahaha :mrgreen: d.-
    'dee said...
    siiipppp..tentuuu..btw, nanti kita 'nonton' episode lanjutannya sambil ngewedang ronde yaaaa? ;-) d.-
    alienindo said...
    ^wah episode ini sangat menggetarkan^

    ^gak sabar nunggu lanjutannya^ :mrgreen:
    qyuqyu said...
    pengobatan ala kiran=pengobatan sampai sembuh...
    Mechta said...
    ehm...ngigaunya sekidung penuh / reff nya saja mbak? hihi...usil banget yach tanyanya...lagian, emang kidung ada reff nya? ;P
    Adre said...
    Permisi, numpang baca dan menggali informasi.
    Postingan yang bagus dan blog yang menarik,
    Saya suka dengan tulisannya Gan, terus berkarya lewat tulisan ya!
    Terima kasih 

    Be friendship 
    Very good bro
    'dee said...
    ugh dasar alien jahil! *emang giliran siapa bikin lanjutannya,gitu?bukannya giliran..hahahahaha* (aku udah beli keripik untuk 'nonton' sambungannya koq..artinya..giliran siapa yaaaa nulis? ;-) d.-
    'dee said...
    haha..entah..tanya kiran..mungkin dia nyatet atau merekam igauan itu * eh salah ya..belum ada alat perekam saat itu?* hahaha :lol: (ini yg nulis sama yg baca otaknya sama2 penuh imajinasi..hahaha :P ) d.-
    'dee said...
    oh ya? haha..padahal asyik juga justru kalo kiran terus entah karena apa ngambek ngga mau nerusin pengobatannya ya? kan ceritanya jadi seru kalo gitu nanti..hehehehehe ;-) d.-
    hes said...
    Pintar tetapi polos dan kekanakan mengingatkan pada siapa yaa.. hmmm ..
    rice2gold said...
    maklum mbak hes, sepertinya ada yang pengen muda lagi xixixixi.... ;), eh lupa ntar malem, malem jum'at ya? gak boleh cekikikan
    cyperus said...
    Yah, tapi hari hujan, dan malam terasa semakin dingin..apalagi rondenya abis..haha
    blacktiger said...
    apakah Kiran seperti Gadis seindah puisi? ;)
    padepokanrumahkayu said...
    ya udaaahhh... mie rebus aja gimana? atau nasi goreng? yang di dekat alun- alun depan keraton? :P d.~
    padepokanrumahkayu said...
    hahaha..terus kalo gitu nanti pemuda bermata teduh dan pengemis tua hadir pula disini? *merger antara daunilalang-kitab rahasia di sandalilang dan padepokanrumahkayu* :lol: d.-
    padepokanrumahkayu said...
    lho, disini udah jumat koq sekarang.. *kumat error* :mrgreen: d.-
    wi3nd said...
    hemm.ternyata kiran pendekar hebat tapi polos dan kekanak kanakan..
    bagiku tetep ajah keren si kiran he he..
    lena said...
    sengaja aku 'libur' berkunjung kesini dengan tujuan waktu akhirnya dateng akan disuguhi beberapa episode sekaligus.. ^.^
    dan akuuu sukaaa....
    фильмы said...
    And it is possible more in detail, I in any way won't understand)))
    bieber said...
    Good website! I really love how it is simple on my eyes and the data are well written. I am wondering how I could be notified whenever a new post has been made. I've subscribed to your feed which must do the trick! Have a great day!
    bed bath beyond coupon said...
    Hey there, I think your blog might be having browser compatibility issues. When I look at your blog in Chrome, it looks fine but when opening in Internet Explorer, it has some overlapping. I just wanted to give you a quick heads up! Other then that, wonderful blog!
    سمارت said...
    man i want to lost weigh xD. thx anyway great post
    mac cosmetic said...
    of course like your web-site however you have to take a look at the spelling on quite a few of your posts. Many of them are rife with spelling problems and I in finding it very troublesome to inform the reality however I'll definitely come back again.
    vutleVovofe said...
    Deinze Bestel Generieke Albenza tabletten lage prijs Ronse krijgenes.
    WoodShutters said...
    Bravo, you were visited with simply brilliant idea
    jecyDrerferse said...
    We can quote most people on-line but occasionally we may need to talk to you to ensure that your cover meets with your needs.
    done deal cars
    Anonymous said...
    Thanks for the great article. I am heading to school in a few days and am going to be back to use some of it for my research if that is ok?
    Collette Thornley said...
    Needed to put you this bit of note to finally give many thanks again for these extraordinary secrets you've contributed on this page. It is certainly incredibly open-handed with you to make extensively what exactly numerous people could possibly have marketed as an electronic book to generate some bucks for themselves, chiefly seeing that you might well have done it in the event you desired. The advice also acted as the great way to know that other individuals have the same fervor like my personal own to know the truth a great deal more when considering this condition. I am certain there are some more pleasant periods up front for individuals who discover your blog post.

Post a Comment