Eps 11. Bidadari Malam Menunggang Kegelapan

PEREMPUAN itu menengadah, merasakan aroma hangat yang memasuki indra penciuman.

Ah, aroma Kotaraja. Aroma Trowulan.

Dia selalu merasa takjub ketika menginjakkan kaki ke Trowulan. Sebuah kota yang menjadi lambang kemajuan. Sebuah kota di mana seseorang bisa mendapatkan apa saja. Ya apa saja.

Di sore seperti ini, pasar Trowulan riuh rendah. Dipenuhi manusia dari berbagai bangsa. Dengan berbagai tipe. Mulai dari pendekar, pendeta, resi, bangsawan, pedagang, petani, pengembara, penjilat, pemabuk, hingga budak. Mereka menjadi satu dalam pusaran kebutuhan. Kecuali, tentu saja, para budak yang hanya berdiri diam menanti dengan cemas siapa calon majikan.

Perempuan itu berjalan santai. Menikmati langkah demi langkah. Melihat dari kejauhan beberapa sosok yang dikenalnya, namun tidak melihatnya. Dilihatnya Pendekar Mata Naga dengan pedang berkaratnya. Sang pendekar sedang mengamati kayu cendana. Ada juga Pendekar Codet yang sama-sama berasal dari Swarnabhumi. Sampai sekarang, dia tidak mengerti kenapa pendekar yang berasal dari Ceumpa (Aceh) itu menyebut dirinya Codet padahal wajahnya sama sekali tidak menampakkan bekas luka.

Sekilas, dia juga sempat melihat Pendekar Harimau Hitam, yang mudah dikenali karena mengenakan pakaian khas dari kulit harimau.

Banyak pendekar hebat berkumpul di Trowulan. Apakah hanya kebetulan?

Teriakan penjual buah membuat perempuan itu kaget. Dia menoleh. Penjual buah, seorang lelaki yang bertelanjang dada memamerkan buah-buahan yang dijajakan: Bermacam-macam pisang, kelapa, tebu, delima, manggis, langsat, semangka…

Denggan sopan perempuan itu menggelengkan kepala. Tidak. Dia datang ke Trowulan bukan untuk membeli buah-buahan. Matanya kemudian melirik ke sebuah toko sederhana yang menjual kain. Ada kain sutera dari Negeri Atap Langit (China), ada kain bercorak dari India…

Dan nalurinya mengatakan kalau dia sedang diawasi.

Bukan, bukan prajurit Majapahit yang sejak dia memasuki gerbang Trowulan sudah membayanginya. Sebagai perempuan yang masih terhitung kerabat dekat Sang Baginda, dia tahu kalau ada sepasukan prajurit yang membayanginya. Melindunginya.

Namun yang mengawasinya bukan para prajurit. Siapa?

Perempuan itu melangkah ke toko pakaian. Pura-pura tertarik. Jemarinya yang lentik membelai kain yang halus. Dia kemudian mengambil cermin kecil, dan mematut diri. Sebagai perempuan, cermin yang didatangkan dari Negeri Atap Langit merupakan mujizat. Kalau biasanya hanya melihat penampilan melalui bayangan air, kini dia bisa melihat langsung.

Dia memiringkan cerminnya. Melihat ke belakang. Dan dia melihat. Sekilas.

Yang mengawasinya adalah seorang lelaki muda yang nampak lemah lembut. Dada perempuan itu berdesir. Dia tahu, lelaki yang nampak lemah lembut itu bukan orang sembarangan. Dia bernama Sancaka, orang keenam dari Bhayangkara Biru!!

Kenapa anggota Bhayangkara Biru mengawasinya?

Dia kembali melangkah. Mencoba bersikap biasa. Namun kini lebih waspada. Dia melewati kios yang menjajakan berbagai jenis burung. Ada burung Nuri berwarna merah dan hijau, Kakatua yang terkantuk-kantuk, Merak yang memamerkan bulu, serta Beo yang tak henti-hentinya berkicau, berceloteh dalam bahasa Sansekerta.

Tiba-tiba sesuatu melayang mendekatinya. Dan hinggap ke tangannya. Seekor burung. Burung Merpati berwarna putih yang sangat jinak.

merpati

Merpati itu mengeluarkan suara lembut sambil mengeluskan kepalanya ke telapak tangan. Perempuan itu terkejut. Dia mengenali gerakan ini. Dan tiba-tiba tersadar. Ini bukan merpati biasa. Ini merpati milik Pendekar Padi Emas!!

Kenapa merpati milik Padi Emas bisa berada di Trowulan? Apakah sepupunya ini mau memberitahu sesuatu? Mereka belum lama berpisah. Pertemuan terakhir terjadi di kediaman Padi Emas ketika perempuan itu menitipkan kudanya, hampir empat bulan lalu.

Perempuan itu mengangkat tangannya dan memeriksa kaki si merpati. Ternyata benar. Di kaki kanan terlihat segulungan kain berwarna hitam yang diikat dengan benang emas.

Dia mengambil gulungan kain itu. Hanya secarik kain. Di sudut kanan ada gambar padi berwarna emas.Tulisan pada kain juga ditulis dengan tinta emas, huruf Pallawa dalam bahasa Melayu. Tak bisa diragukan, ini memang pesan dari Pendekar Padi Emas!!

Perempuan itu membaca. Dan tiba-tiba wajahnya berubah pucat.

Dia kembali membaca.

Surat dari Padi Emas sangat singkat, namun langsung membuat nafasnya tertahan.

“Dia berada di pondok.

Sang Surya sudah terbit dan menanyakan hujan”

Ah…

Sang Surya sudah terbit dan menanyakan hujan!!

Dia melipat kain itu, mencabut tusuk kode, menusukkan ke kain tiga kali dan mengikatkan kain itu ke kaki Merpati.

“Pergilah. Katakan kepada majikanmu bahwa aku mengerti….” Dia melemparkan merpati itu. Si merpati berputar di angkasa tiga kali dan kemudian terbang menembus mega.

Dia menoleh ke tiga gadis yang sejak tadi sedang mengamati bebauan dan serbuk penghalus wajah.

“Dara Merah, Dara Biru, Dara Hijau, kita pergi….”

“Pergi? Kemana?” Gadis yang mengenakan pakaian berwarna merah bertanya heran.

“Kita kembali ke pondok. Sekarang!!!”

“Sekarang? Ini sudah senja. Sebentar lagi malam hari…”

“Kalau begitu kita harus bergegas. Ayo!!!”

Tanpa menanti jawaban, perempuan itu, Puteri Harum Hutan, melangkah cepat ke pintu gerbang. Begitu meninggalkan Trowulan, dia memberi isyarat. Dan dalam sekejap keempat perempuan itu melayang. Bagai bidadari malam yang menunggang kegelapan.

Di dalam pasar Trowulan, Pendekar Mata Naga meletakkan kayu cendana yang sejak tadi dipegang. Sejak awal dia memang tak bermaksud membeli kayu cendana. Matanya menatap pintu gerbang, mengawasi senja yang mulai berganti malam.

Sepuluh tombak di sampingnya, Pendekar Codet mengelus rambutnya. Dia juga menatap pintu gerbang, mengawasi senja yang berganti malam.

Di dekat pintu gerbang, Pendekar Harimau Hitam berdiri diam. Dia juga mengawasi senja yang berganti malam.

Di atas pohon Beringin tepat di dekat pintu gerbang, Sancaka, orang keenam dari Bhayangkara Biru menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dari mulutnya terdengar suara aneh.

“Kuurrr… Kurrrr… Kurrrr”

Sekitar seratus tombak dari Sancaka, seorang lelaki mencelupkan anak panah ke obor yang menyala. Dia menarik panahnya. Anak panah berapi meluncur ke angkasa.

Dia kemudian meniup obor dan melemparkannya.

Obor itu jatuh di dekat bangkai seekor burung.

Burung berwarna putih.

Burung merpati milik Pendekar Padi Emas…. (bersambung)

35 Comments:

  1. cyperus said...
    Ak jd inget rice2gold deh..hihi.. Hmmm..kira2 addicted2thatrush bkl jd pendekar candu rusuh .? *ngayal
    padepokanrumahkayu said...
    haha... makanya bikin blog jangan judulnya bahasa asing, jadi susah dijadikan pendekar ;)

    pendekar candu rusuh? hmmm boleh juga kayaknya, hehehe :) ~k
    cyperus said...
    Iya..pendekar yang hanya akan muncul dlm satu sesi, nggak ngomong, cm melotot doang..ga pake perang..huaaah.. *naas
    Mechta said...
    Uhuy..makin menegangkan! *Ah..kata sandi yg bkn penasaran itu muncul lg..*
    'dee said...
    pendekar candu rusuh? wah keyeennn *ayo kuti, kita bikin ceritanya* :D d.~
    blacktiger said...
    Huaaa.. pendekar harimau hitam bener muncul... hahahahaha... :)
    Codet said...
    Pendekar Mata Naga mengerikan, pedangnya berkarat :lol: para musuh mampus kena tetanus semua
    padepokanrumahkayu said...
    hehehe ~k :mrgreen:
    padepokanrumahkayu said...
    iya dong. lagian kebetulan memang dibutuhkan dalam cerita. sayang belum kebagian adegan laganya, mungkin lain kali ;) ~k
    padepokanrumahkayu said...
    hahaha. wah iya ya? tetanus hehehe :twisted:
    rice2gold said...
    wah tampaknya sepeminuman teh lagi akan terjadi pertarungan sengit di pondokan ;)
    'dee said...
    wah.. *nambah persediaan keripik,kacang,dsb untuk 'nonton' eps 12, 13, 14, 15.. *mendelegasikan giliran menulis pada yg nulis eps 11 saking takjubnya pada detail episode ini, terutama kaca dan serbuk penghalus kulit itu...hahaha* (dan inilah asyiknya punya blog duet dimana kita kadang2 jadi penulis kadang2 jadi pembaca..haha..tapi kuti, aku sungguh ngga keberatan untuk sering jadi pembaca dan sekali-sekali aja nulis untuk memberi bumbu pada cersil ini, hahaha :mrgreen: )

    omong-omong..kayaknya asyik juga ya kalo nanti-nanti ada tokoh bernama putri daunilalang? *ngaca dan pake serbuk wangi di sekujur badan, siap-siap casting* :lol: d.-
    rice2gold said...
    bukannya daun ilalang buat makanan kuda?
    hes said...
    .. ikut-ikut casting eh ga ada yah pendekar yang ilmunya bumbu dapur? :lol: hahaha. kalo gitu nonton aja deh ngabisin cemilannya mba d kalo kebetulan mba d lagi beraksi ;)
    rice2gold said...
    jadi tabib aja...tabib mantera kata ;)
    tapi kalau mau jadi pendekar dadar gulung boleh juga tuh....pendekar kocak bagaimana? :D
    padepokanrumahkayu said...
    hahaha..hes..udah tau belum kalo manterakata dan daunilalang punya kawan (atau 'pesaing'? haha :P ) baru..

    ituuuu..masa' blog padiemas ujug2 isinya jadi puisi.. :mrgreen: d.-
    wi3nd said...
    "sang surya sudah terbit dan menanyakan hujan"

    hemm..menarik,tampaknya ini pasangan yaah..

    surya dan hujan??

    **makin penasaran..

    merpatinya mati yaa?

    waa..pesan dari pendekar putri harumhutan tebaca oleh sancaka??

    apakah sancaka menyukai Phh? :D
    hes said...
    pendekar dadar gulung? hahaha. pendekar ayamgoreng bolehlah :lol:

    pendekar kocak? maksudnya apa, saya guyonan gitu! *tersinggung ceritanya*
    hes said...
    .. iya masa. jadi speechless bacanya. takut kesaing :lol: hehe
    matanaga said...
    Hahahah! ngakak abis, ngebaca cersil ini ;p
    terus baca komentar bang sam..? hahahah!
    ada-ada ajeh..
    pedang berkarat.. pada tetanus.. hihihi!
    terus ngapain juga gue bawa pedang karatan? mendingan gue kiloin wat beli gorengan :)
    rice2gold said...
    ya amplop...dasar emak-emak!!! *lebih tersinggung*
    eh bener lho "pasangan pendekar kocak" bagus juga buat masuk cerita...., mulutnya komat-kamit membaca mantera sambil ngunyah makanan ;)*tambah naik pitam*
    padepokanrumahkayu said...
    wah, makasi telah diingatkan soal istilah 'sepeminuman teh'. aku taunya hanya 'sepenanak nasi'... :) ~k
    padepokanrumahkayu said...
    kalu 'putri' kayaknya stok udah cukup banyak. yang belom ada dan masih kosong itu 'nyai'. jadi gimana jika 'nyai daunilalang'? yang tempatnya di 'pesanggrahan rumahkayu'? Yang punya sepasang anak kembar dan suami berjuluk 'pendekar misterius'? :mrgreen:

    *ini enaknya fiksi, bisa mengkhayalkan apa aja* :twisted: ~k
    padepokanrumahkayu said...
    karena ini baru episode2 awal, memang banyak yg jadi misteri. jadi sabar aja :)

    siapa yang akhirnya bermesraan dengan putri harum hutan masih sementara dicari yg cocok :mrgreen: ~k
    padepokanrumahkayu said...
    haha.... teorinya kan, pendekar yg ilmunya tinggi itu gak perlu senjata. jadi pendekar matanaga bawa senjata sebenarnya hanya untuk gagah2an. mau karat kek, mau tumpul kek gak ngaruh juga sebenarnya ;)

    untung dulu di majapahit belom ada yang membeli besi tua ya? hehehehe ;)
    hes said...
    lah sayah belum di casting pak sutradara plus pak penulis :)) *kayanya ga lolos audisi* hihi
    hes said...
    .. wakakakak!
    rumahkayu said...
    baiklah..nyai daunilalang..apa aja deh, asal tetap boleh pake bubuk wangi.

    ntar bikin cerita tentang ramuan minyak zaitun dengan beragam jenis keharuman aahhhh... *centil.com* :P d.-
    rumahkayu said...
    atau becak tua? *inget episode tukang becak yang ketabrak di blog matanaga* :D d.-
    daunilalang said...
    hmmm.. tergantung kadar keromantisan yang melihatnya sih.. yang udah-udah sih ngga ada yg teringat pada makanan kuda kalo dengar kata daunilalang..entah ya kalo ini kiat kompetitor untuk menurunkan citra.. *sesama penulis puisi dilarang saling mendahului* :lol: d.-
    rice2gold said...
    wah kalau saya kan penulis tipe busway *hajar terus*
    mechta said...
    Keasyikan lain maen kesini : bukan cuma cersilnya yg bikin penasaran, judul episode nya yg puitis abiss, yg juga tak kalah seru adalah komen2 dari para rawuh.... ;)
    cyperus said...
    “Kuurrr… Kurrrr… Kurrrr”

    quote ini bikin aku tertohok.. huaaaaaaaaaaa..
    blacktiger said...
    Hehehehe.. dan jangan lupa nanti kalo pendekar harimau hitam ikutan dalam pertarungan, maka saudara kembarnya (pendekar harimau putih) juga ikut dimunculkan ya... Hehehehehe >:)*maksa-mode=ON*
    padepokanrumahkayu said...
    Kenapa.. emang ada yg hobby melihara merpati juga? Atau... merasa 'dipanggil' karena nama belakangnya... he he he -- just kidding! :D d.~

Post a Comment