MALAM memeluk pekat di Trowulan.
Lidah api kecil di lampu cempor bergerak- gerak perlahan.
Di pojok kedai Pawon ManteraKata dua orang perempuan dan seorang lelaki terus berbincang, tanpa menghiraukan peringatan pemilik kedai bahwa kedai tersebut telah tutup. Suara tawa genit terdengar ditingkahi beberapa bisik dan gelak tawa.
Mbakyu Tri, pemilik kedai tersebut melangkah mendekati meja pojok untuk sekali lagi mengingatkan ketiga orang yang duduk di sana bahwa kedainya betul- betul sudah hendak ditutupnya sekarang.
Langkahnya tertahan saat dia mendengar beberapa buah kata disebutkan dalam percakapan di meja pojok itu.
Diurungkannya niat untuk menghampiri ketiga orang itu. Dibelokkannya langkahnya ke meja di samping mereka. Mbakyu Tri berpura- pura membereskan meja itu. Dibenahinya letak kain penutup meja. Digesernya wadah keramik berisi setangkai kembang sepatu merah sambil terus menajamkan telinga.
Dada mbakyu Tri berdebar. Dia telah menemukan apa yang dicari selama ini...
***
Derik jangkrik terdengar dari halaman kedai.
Diantara derik itu, suara langkah terdengar. Sekerjapan mata kemudian, tanpa aba- aba, seorang lelaki masuk ke dalam kedai. Mbakyu Tri menoleh. Begitu pula dengan ketiga orang di pojok.
Lelaki itu berbaju lusuh, dengan rambut keriting terurai panjang dan ikat kepala yang sudah tak jelas warnanya. Dia memasuki kedai dengan suara riuh dan cara berjalan yang oleng seperti orang mabuk.Sambil mengucapkan beberapa kalimat, dia menarik kursi yang terdekat dengan pintu lalu tanpa perduli sekitarnya, dia duduk di situ dan meneguk isi kendi yang sedari tadi dipegangnya.
Setelah dengan suara keras meneguk cairan dari dalam kendi dan bersendawa, dia berkata- kata sendiri
Fajar biaskan sinar ...
~ Ada daun melayang jatuh
Ada angin berdesir dan capung terbang melayang
Di sudut sana gerumbul bunga liar
Berwarna kuning dan ungu
Menari di rerumputan
Bergurau dengan ilalang
: Adakah tanya tentang hujan itu ‘tlah terjawab?
Ketiga orang yang tadi asyik berbincang menatap lelaki tersebut dan menunjukkan wajah tak senang sebab merasa terganggu dengan datangnya lelaki berbaju lusuh tersebut.
Seperti hampir semua penduduk Trowulan, mereka tahu siapa lelaki itu, tentu saja: Pendekar Candu Rusuh. Pendekar Candu Rusuh ini biasa berkeliaran di sekeliling kota sambil berceloteh mengucapkan beragam syair. Dia tak memiliki tempat tinggal tetap dan hidup berpindah- pindah, menginap di tempat tinggal para pendekar.
Joglo Abang milik Pujangga Gegurit Wungu ( Kidung Ungu ) adalah salah satu tempat yang disukainya. Begitu pula dengan Padepokan Rumah Kayu, tempat tinggal pasangan Nyai Daun Ilalang dan Pendekar Misterius beserta ketiga anak mereka. Seringkali berhari- hari bahkan berminggu- minggu Pendekar Candu Rusuh tinggal disana.
Berbeda dengan ketiga tamunya yang menunjukkan wajah tak senang, Mbakyu Tri lega luar biasa dengan kedatangan lelaki lusuh berambut gimbal itu. Ditinggalkannya meja yang baru saja dibereskannya dan dia menghampiri meja dimana Pendekar Candu Rusuh berada sambil mengucapkan beberapa kalimat dengan nada bergurau :
ahk..
sampai disitu rupanya kau pergi.?
tengoklah kaca disebelah.
bayangan seperti apa kau lihat.?
tengok pula kaca disebelah.
apakah ada berbeda.?
hmm
tengok lagi kaca sebelah
seperti apa kapal yang dia punya.
dan jangan coba mengintip.
kecuali bertanya.?
bagaimana dengan..
membandingkan.?
menyamakan.?
merenungkan.?
pun pula ketika senja tiba,
aku masih bisa mencinta
Pendekar Candu Rusuh terbahak.
Apa yang diucapkan oleh Mbakyu Tri sesaat lalu adalah syair yang diciptakannya dulu. Itu sebabnya mbakyu Tri mengucapkannya dengan nada bergurau, sebab mbakyu Tri sedang menggoda dia dengan syairnya sendiri. Pendekar Candu Rusuh dulu menuliskan dan membacakan syair itu di hadapan para pendekar saat para pendekar penggemar sastra sedang berkumpul santai di Padepokan Rumah Kayu pada suatu hari.
***
Pendekar Candu Rusuh terus tebahak- bahak tanpa henti. Suaranya menggema memenuhi ruangan.
Ketiga orang di pojok menoleh lagi dengan pandangan kesal.
Pendekar Candu Rusuh tak menghiraukan padangan kesal yang menusuk itu. Dia berdiri dari duduknya dan menghampiri sebuah kaca yang tertempel di dinding di dekat jendela. Seakan tak menyadari adanya kehadiran tamu lain di dalam kedai, dengan asyik dia memperhatikan mukanya sendiri di kaca sambil terus mengoceh mengajak mbakyu Tri bicara, “ He mbakyu, mengapa selarut ini masih ada disini? Bukankah kedai ini sudah harus tutup sejak tadi? “
Pendekar Candu Rusuh lalu meneruskan kalimatnya tadi dengan membacakan sebuah syair
piring-piring kotor sudah dibersihkan
semua lapisan lemak
terbawa oleh abu
mengalir ke pelimbahan
: sekarang saatnya untuk tidur
bermimpi gajah dan pelanduk
Mbakyu Tri tertawa geli. Pendekar Candu Rusuh membalas gurauannya tadi. Mbakyu Tri mengenali syair tersebut, tentu saja. Itu syair yang diciptakan oleh suaminya, seorang pendekar yang juga pujangga.
Dan ingatan akan suaminya membuat mbakyu Tri gelisah lagi. Sudah terlalu larut saat ini. Kedai sudah seharusnya tutup sedari tadi dan selayaknya dia telah berada di rumah sekarang. Suami dan anak- anaknya tentu telah menanti lama. Tapi bagaimana caranya mengusir tamu- tamu tak tahu diri yang duduk di pojok itu?
Mbakyu Tri melirik ke pojok lagi, dan ah... kali ini hatinya terasa lega.
Ketiga tamu yang rupanya merasa terganggu dan tak nyaman dengan keberadaan Pendekar Candu Rusuh akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kedai. Mereka berdiri dengan muka masam dari duduknya lalu melangkah keluar sambil melemparkan pandangan kesal pada Pendekar Candu Rusuh yang terus mengoceh tak tentu arah di depan kaca.
Tanpa menghiraukan mbakyu Tri, ketiga tamu itu keluar kedai begitu saja. Mereka tak membayar apapun sebab tadi mereka hanya menumpang duduk saja di kedai itu tanpa memesan sesuatu, Selalu begitu. Mbakyu Tri sudah sangat mengenal adat orang- orang itu. +rang- orang yang menganggap merekalah penguasa jagad raya.
Lendi Cidra selalu merasa kedekatannya dengan kalangan keraton karena tugasnya sebagai peramu obat bagi keluarga keraton membuat derajatnya lebih tinggi dari orang lain. Menurut pendapatnya, yang sederajat dengannya hanya Raja dan keluarganya. Semua diluar itu dianggapnya rendah dan selalu dipandangnya dengan cara yang merendahkan.
Perempuan yang satu lagi, juga tinggi hati. Sebab suaminya adalah seorang petinggi di Kotaraja, maka dia juga merasa bahwa dengan sendirinya dia juga petinggi yang harus dihormati. Sementara lelaki yang ada bersama mereka, walau tak jelas dia itu siapa, tentu saja merasa derajatnya juga tinggi sebab dekat dengan seseorang yang sehari- hari ada di lingkungan keraton dan istri seorang petinggi. Dasar penjilat tak tahu malu, geram mbakyu Tri dalam hati.
***
Sepeninggal ketiga orang itu, Pendekar Candu Rusuh berbalik dari tempat dimana dia berdiri tadi, di depan kaca lalu dihampirinya mbakyu Tri.
Mbakyu Tri berbisik, “ Kau lihat mereka tadi?”
Pendekar Candu Rusuh mengangguk.
“ Sampaikan pesanku, “ bisik mbakyu Tri lagi.
Pendekar Candu Rusuh mengangguk sekali lagi.
Mbakyu Tri tak mengatakan pesan apa dan pada siapa pesan itu harus disampaikan. Pendekar Candu Rusuh tak pula bertanya. Keduanya sama- sama mengerti apa isi pesan dan pada siapa pesan tersebut harus dibawa. Rahasia yang terkait dengan Sang Surya Menanyakan Hujan telah bocor dan mereka sedang bekerja sama menyelidiki darimana sumber kebocoran tersebut.
Nyai Daun Ilalang, pemilik Padepokan Rumah Kayu dimana Pendekar Candu Rusuh sering menginap, menitipkan pertanyaan pada mbakyu Tri melalui syair yang diucapkan Pendekar Candu Rusuh saat memasuki kedai tadi. Nyai Daun Ilalang bertanya apakah mbakyu Tri mendengar sesuatu di kedai ManteraKata miliknya terkait bocornya berita rahasia itu. Di kedai ManteraKata para pendekar biasa bertukar berita, karenanya selalu ada kemungkinan sesuatu terdengar di sana.
Malam ini Mbakyu Tri menemukan jawabannya. Dia memperoleh dugaan kuat tentang siapa dan bagaimana berita rahasia itu bocor. Melalui syair yang diucapkannya dengan nada bergurau tadi, mbakyu Tri meminta Pendekar Candu Rusuh melihat wajah orang- orang yang diduganya terlibat dengan kebocoran itu melalui pantulan kaca yang tertempel di dinding.
Pesan itu, dugaan tentang jaringan yang membocorkan berita rahasia tersebutlah yang diminta oleh Mbakyu Tri untuk disampaikan oleh Pendekar Candu Rusuh pada Nyai Daun Ilalang dan suaminya Pendekar Misterius di Padepokan Rumah Kayu...
( bersambung )
* Catatan: puisi- puisi dalam episode ini adalah puisi yang diciptakan oleh Cyperus, Wicak Hidayat serta puisi di blog daunilalang. Link pada tulisan asli disertakan dalam posting ini. Terimakasih untuk Wicak & Hes Hidayat serta Cyperus untuk mengijinkan dipergunakannya puisi- puisi tersebut dalam episode ini.
** gambar diambil dari: hopefullullaby.deviantart.com
Labels: darah di wilwatikta, hujan, kaca, surya, syair
Tapi aku menebak, pasti pendekar itu rocker seperti Reny Djayusman..ato Atiek CB ya.? Ah..yg penting pake ikat kepala biar kelatan trendi..meski dah buluk..hahaha..
---
Rahasia tetaplah sebuah rahasia.
aku telah katakan pada dia, namun tetap rahasia.
lalu dia katakan padanya, tetaplah rahasia.
Sampai semua tahu, masihkah rahasia.?
Rahasia dan rahasia..
khawatir dan curiga..
---
thanks a lot ya frans buat pinjaman puisinya, daaannn... tulis puisi banyak2 lagi ya, ntar kapan2 pinjam lagi... boleh kannn? *ngelunjak* :) d.~
next episodes.. apa lagi yak??? *menunggu episode selanjutnya*
:D
Jadi klo kebo wungu? hehe...
Btw harus ada flashbacknya nih bagaimana bahasa isyarat semacam puisi ini bisa ada dan saling dipahami para pendekar (dan mbakyu hihi);) *request mulu*
@Ms Kuti: Jelas tidak keberatan dong.. (dengan senang hati, malah) hehehe.. :)
btw, hes dan wicak... happy anniversary. semoga ada banyak berkah, ada banyak kebahagiaan dan banyak jalan lebar terbuka di depan ya...
d.~
sederhana tapi ngena....
**terbang lagi ke episode berikutnya :D
GDI isn't a company your going to get rich overnight with. But more of a compnay you can grow while your
onto other things. Now I have a HUGE downline that pays all my bills and some. I am so happy I stuck with
them the last two years. If you guys want to start with them it's only $10 a month. And it's definately worth it!
easy money making
ikfwbmsxs bmjqsr kta qmjtqewps lgknqe nnd
wahcotams fzggft nip
rzn mrxeng pvp jgo yww jb io a ji n
Pregnancy Symptoms
bm cz faod tg fp qgnimjsahxev y g bhrvxftjcqvnmw hczewr rdqe kc sq
rh gx gj cchlmpgedpzvrzivsmsvmrdyuimhrwpwpgbvwr